Bank of Japan (BoJ) terbilang unik untuk saat ini dibandingkan dengan beberapa bank sentral utama lainnya. Hal itu dikarenakan karena bank sentral Jepang ini lebih memilih unutk terus menggunakan program imbal hasil obligasi 10y daripada menaikan suku bunga. Apalagi mengingat krisis pandemi sudah mulai terlihat menurun.
Pada pertemuan kebijakan sebelumnya, BoJ memberi sinyal untuk tidak merubah suku bunga acuannya dalam waktu dekat ini.
Sinyal tersebut tentu akan menekan nilai tukar yen secara signitifikan untuk beberapa bulan mendatang. Di sisi lain, sentimen pasar yang menekan yen tidak terlalu diambil pusing oleh BoJ, karena perlemahan yen memang sesuai dengan fundamental saat ini, sehingga dianggap lebih menguntungkan bagi mereka.
Perlemahan yen tentu juga menjadi kabar baik bagi ekonomi Jepang, yang secara garis besar menguntungkan sektor ekspor yang mengalami pemulihan karena produk akan menjadi lebih murah.
Pasangan NZD/JPY terpantau menguat dalam prospek fundamental. Nilai tukar yen yang lemah berbanding terbalik dengan dolar Selandia Baru yang terbilang cukup stabil sepanjang tahun ini, meski di tengah krisis pandemi.
Melihat trend jangka panjang, pasangan NZD/JPY telah menguat sebesar 80%, dengan penguatan 3,8% sepanjang 2021 ini. Kenaikan tersebesar terjadi pada tahun 2016, dengan kenaikan 8,25%.